Kajian Syarhul
Hikam, Karya Abdullah bin Hijazi (Syarqawi) semoga Allah merahmatinya ; Tema
Kajian : Tanda Terhapusnya mata hati : Sibuk bekerja tapi tidak peduli ibadah.
|
@vidiokajiandakwahislampuribosspulsa/S=0016/klik.
|
كتاب شرح الحكم. = Kitab Syarhul Hikam.
|
Kajian tentang
Tanda Terhapusnya mata hati : Sibuk bekerja tapi tidak peduli ibadah adalah Sebagai Berikut :
|
Penjelasan
keadaan-keadaan orang-orang yang mengenal Allah tentang menjauhkan diri dari
mengatur dirinya terhadap perkara dunia.
|
ثم قال : [أرح نفسك] أيها المريد
[من التدبير] لأمر دنياك وهو أن يقدير الشخص في نفسه أحوالا يكون عليها على ما
تقتضيه شهوته ويدبر لها ما يليق بها من أحوال وأعمال ويهتم لأجل ذلك وهذا تعب
عظيم استعجله لنفسه ولعل أكثر ما يقدره لا يقع فيخيب ظنه وفي تعبير بأرح إشارة
إلى أن المطلوب تركه للمريد هو ما فيه تعب ومعانات أما تدبير أمور معاشه على وجه
سهل يستعين به على مطلوبه فلا بأس به ولذا ورد : التدبير نصف المعيشة. [فما قام
به غيرك عنك لا تقم به لنفسك] يعني أن الأمر مفروغ منه إذ قد قام به غيرك وهو
الله تعالى وما قام به غيرك لا فائدة في قيامك به فيكون قيامك فضولا لا ينبغي أن
يتلبس به في ذوو العقول وأيضا فيه ترك العبودية ومضادة لأحكام الربوبية ومنازعة
القدر وإنما خاطب المريد بذلك لأنه إذا توجه لحضرة الرب واشتغل بأوراد الطريق
وأعماله تعطلت عليه أسباب معاشه في الغالب فيأتيه الشيطان ويوسوس له ويصير يدبر
في نفسه أمورا لا يقع أكثرها وذلك يشغله عما هو بصدده فيرجع عما عما هو متوجه له
ودواء ذلك كثرة الذكر والرياضة حتى يرجع عنه الشيطان وتحصل له الراحة من تعب
التدبير.
|
Kemudian beliau berkata : [istirahatkanlah dirimu]
wahai orang yang mengharapkan wushul kepada Allah [dari perbuatan mengatur]
terhadap perkara duniamu dan tadbir itu maksudnya adalah seseorang
merencanakan dalam dirinya sendiri untuk memperoleh beberapa tingkat keadaan
yang dia berada di atasnya sesuai dengan yang di cocoki oleh syahwatnya dan
sesorang mengatur terhadapnya apa yang pantas dengannya dari beberapa tingkat
keadaan dan perbuatan dan sesorang memperhatikan karena pengaturan tersebut,
dan cita-cita yang seperti ini adalah sesuatu yang sangat memayahkan yang di
percepat untuk dirinya sendiri dan barangkali kebanyakan apa yang di
rencanakan olehnya itu tidak terjadi maka menjadi sia-sia persangkaannya itu,
dan dalam hal pengibaratan penulis kitab dengan kata Arih itu memberi isyarat
bahwa yang di tuntut supaya di tinggalkan oleh orang yang mengharapkan wushul
kepada Allah adalah apa yang padanya memayahkan dan mempersulit dirinya
sendiri, adapun mengatur perkara-perkara urusan hidupnya orang yang
mengharapkan wushul kepada Allah dengan cara yang mudah yang mana dia hal itu
membantu dirinya terhadap apa yang di tuntutnya maka itu tidak mengapa, dan
oleh karena itu telah datang hadis yang menyatakan : Mengatur tentang urusan
dunia itu setengah dari perkara kehidupan.
|
[maka apa yang telah tegak dengannya selainmu darimu
itu jangan kamu tegak dengannya untuk dirimu] yakni bahwa perkara yang di
kosongkan dari perkara tersebut, karena telah ada selainmu yang menegakannya
yaitu Allah ta’ala dan apa yang telah menegakan dengannya selainmu tidak ada
faedah untuk kamu ikut menegakannya maka menjadi kamu ikut menegakannya itu
sesuatu yang tidak berguna, yang tidak sepantasnya di jalani oleh orang yang
mempunyai akal dan juga di dalamnya itu menegaskan tentang dia itu meninggalkan
sifat menjadi hamba dan melawan keputusan-keputusan Tuhan dan menentang
taqdir dan sesungguhnya yang di ajak bicara tentang hal itu adalah orang yang
mengharapkan wushul kepada Allah, bahwasannya apabila dia terlanjur menghadap
ke hadirat Allah dan tersibukan dirinya dengan wirid-wirid thariqat dan
beberapa amalan-amalan lain, dia terlupakan dari mencari pekerjaan secara
umum, maka dia di datangi oleh syetan dan di bisiki olehnya dan menjadilah
dia merencanakan macam-macam perkara dalam dirinyayang kebanyakanya tidak
terlaksana, dan hal itu yang menyibukan dirinya dari apa yang menjadi
tujuannya kemudian dia kembali dari apa yang itu menjadi tujuan awalnya, dan
obat dari hal itu adalah banyak berdzikir dan usaha menundukan dirinya
sehingga syetan kembali meninggalkannya dan di hasilkan olehnya rasa enak
dari kepayahan mengatur dirinya.
|
ولذا قال : [إجتهادك فيما ضمن لك]
أي تكفل الله لك به وهو الرزق تفضلا منه وإحسانا قال تعالى : وكأين من دابة لا
تحمل رزقها – الله يرزقها وإياكم إلى غير ذلك من الآيات [وتقصيرك فيما طلب منك]
وهو العمل الذي تتوصل به عادة إلى مولاك من أذكار وصلوات وأوراد وغير ذلك من
أنواع الطاعات ، قال تعالى : وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون الآية – فالمطلوب
من المريد السعي في قوت الأرواح وهو ذكر المولى وفعل ما يقرب إليه لا قوت
الأشباح لأنه قائم به غيره وهو مولاه. [دليل على انطماس] أي عمى [البصيرة منك]
وهي عين فى القلب تدرك الأمور المعنوية كما البصر يدرك الأمور المحسوسة وفى
تعبيره بالإجتهاد إشارة إلى أن طلب الرزق من غير إجتهاد لا بأس به للمريد ولا
يدل على إنطماس بصيرته.
|
Dan karena itu berkata kyai musonnif : [kesungguhanmu
dalam apa yang telah di jamin untukmu] yakni Allah telah menanggung untukmu
dengan sesuatu yang telah kita usahakan dan apa yang telah di jamin itu
adalah rizki karena arah pemberian dari Allah dan berbuat baik, Allah ta’ala berfirman
: dan banyak sekali dari binatang melata itu tidak bisa menanggung rizkinya –
Allah yang memberi rizkinya dan kepadamu semua, bacalah ayat-ayat lain selain
ayat ini [dan kurangnya kamu dalam perkara yang di tuntut dari mu] dan barang
yang di tuntut adalah berupa amal yang biasanya kamu menjadikan amal tersebut
sebagai jembatan untuk wushul kepada Tuhanmu, seperti dzikir-dzikir, dan
shalat-shalat, dan wirid-wirid, dan selain itu dari macam-macam ketaatan,
Allah ta’ala berfirman : dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali
agar supaya mereka beribadah kepadaku, Al-Ayat – maka yang di tuntut dari
seorang yang mengharapkan wushul kepada Allah, yaitu usaha untuk memperoleh
sesuatu yang menguatkan ruh, yaitu mengingat Allah dzat yang menjadi Tuhannya
dan melakukan sesuatu yang bisa mendekatkan diri kepadanya, bukan kekuatan
badan karena dia itu telah di atur oleh selainya, yaitu Allah Tuhannya.
|
[sebagai bukti atas terhapusnya] yaitu butanya [mata
hati darimu] dan Albashirah itu adalah mata yang ada di dalam hati yang bisa
melihat perkara-perkara yang bersifat maknawi sebagaimana bahwa mata kepala
bisa melihat perkara-perkara yang bisa di lihat, dan di dalam pengibaratan
kyai musonnif dengan kata ijtihad itu isyarat bahwa mencari rezki dengan
tanpa terlalu bersungguh-sungguh tidak mengapa dengannya bagi orang yang
mengharapkan wushul kepada Allah, dan tidak menunjukan atas terhapusnya mata
hatinya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar