باب التفليس والحجر .
|
Bab Kebangkrutan dan Penahanan harta pada orang lain karena dia bangkrut.
|
Attaflisu maknanya diambil dari kata alfals : macam uang yang nilainya
paling sedikit, bermakna juga harta orang yang paling rendah atau hina
nilainya, mata uang yang paling rendah ; Menurut istilah ahli fiqh adalah orang
yang hutangnya lebih banyak daripada hartanya ; Alhajru makna menurut bahasa
adalah menahan dan mempersempit, menurut istilah syariat maknanya adalah
mencegah manusia dari membelanjakan hartanya ; Alhajru ada 2 macam, yaitu
Pertama : Penahanan atau Pencegahan karena haknya selain orang yang ditahan
atau disita hartanya seperti melakukan atau menahan harta orang yang bangkrut
dari menggunakan karena haknya orang yang menghutangi. Kedua : Penahanan harta
karena hak dirinya sendiri seperti menahan anak kecil untuk mengeluarkan harta
karena punya warisan banyak, orang gila, orang dungu.
[885]-
عن أبي بكر بن عبد الرحمن عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : سمعنا رسول الله صلى
الله عليه وسلم يقول : من أدرك ماله بعينه عند رجل قد أفلس فهو أحق به من غيره ؛
متفق عليه.
Dan dari abu bakar bin abdirrahman dari abu hurairah semoga Allah
meridhainya, dia berkata : saya mendengar rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda : barangsiapa yang mendapatkan hartanya yang sesungguhnya
(hartanya itu sendiri yang belum berubah) pada seseorang sungguh orang itu
telah bangkrut maka dia (orang yang punya harta) lebih berhak dengan harta itu
daripada yang lainnya ; hadis riwayat bukhari muslim.
FAEDAH HADIS :
Orang yang hartanya lebih sedikit daripada hutangnya, semisal hartanya 50
juta dan hutangnya 100 juta maka hakim bisa menahan hartanya dan melarang
membelanjakannya untuk membeli atau menjual sesuatu.
[886]- ورواه أبو داود
و مالك من رواية أبي بكر بن عبد الرحمن مرسلا بلفظ : أيما رجل باع متاعا فأفلس الذي
ابتاعه ولم يقض الذي باعه من ثمنه شيئا فوجد متاعه بعينه فهو أحق به وإن مات
المشتري فصاحب المتاع أسوة الغرماء ؛ ووصله البيهقي وضعفه تبعا لأبي داود [*].
==[*]-
لأنه من رواية إسماعيل بن عياش لكنه لا يضعف إلا إذا روى عن غير الشاميين وهو هنا
روى عن الحارث الزبيدي وهو شامي فهو صالح للإحتجاج به فيعضد المرسل ويقويه.
Dan telah meriwayatkan hadis ini abu dawud dan malik dari riwayat abu bakr
bin abdirrahman secara mursal dengan lafadz : siapa saja orang yang menjual
barang kemudian orang yang membeli barang bangkrut dan dia si pembeli belum
membayar barangnya dari harga barang itu sedikitpun dari barang itu maka
penjual mendapatkan barangnya yang sesungguhnya (seperti semula) maka dia itu
lebih berhak terhadap barang tersebut dan jika pembelinya mati maka pemilik
barang itu dia sama seperti mereka yang memiliki hutang pada orang lain ; dan
telah meriwayatkan hadis ini secara maushul albaihaqi dan mendha’ifkan hadis
ini mengikuti terhadap pendha’ifan abu dawud.
==[*]- karena sesungguhnya hadis ini dari riwayat ismail bin ‘iyasy akan
tetapi dia tidak didha’ifkan kecuali apabila diriwayatkan dari selain orang-orang
syam dan dia (ismail) disini meriwayatkan dari alharis azzubaidi dan dia itu
orang syam maka dia itu orang shalih boleh berhujjah dengan riwayatnya maka
menguatkan yang mursal dan menguatkannya.
[887]-
ورواه أبو داود وابن ماجه من رواية عمر بن خلدة قال : أتينا أبا هريرة رضي الله عنه
في صاحب لنا قد أفلس فقال : لأقضين فيكم بقضاء رسول الله صلى الله عليه وسلم : من
أفلس أو مات فوجد رجل متاعه بعينه فهو أحق به ؛ وصححه الحاكم وضعفه أبو داود [*]
وضعف أيضا هذه الزيادة فى ذكر الموت.
==[*]- لأن في إسناده أبا المعتمر ، قال أبو داود : من هو ؟
أي لا يعرف لكن قال أبو حاتم : أبو المعتمر بن عمرو بن أبي رافع روى عنه ابن أبي
ذئب محمد بن عبد الرحمن بن المغيرة وهو ثقة فاضل فقيه وقال الشافعي : رواية عمرو
بن خلدة أولى من رواية أبي بكر بن عبد الرحمن المرسلة.
Dan telah meriwayatkan hadis ini abu dawud dan ibnu majah dari riwayat umar
bin khaladah, beliau berkata : kami datang kepada abu hurairah semoga Allah
meridhainya tentang salah seorang sahabat kami yang dia telah bangkrut maka abu
hurairah berkata : saya telah menentukan pada kalian dengan ketentuan
rasulullah shallallahu alaihi wa sallam : barangsiapa bangkrut atau mati maka
seorang mendapatkan hartanya yang sesungguhnya (itu sendiri) maka dia itu lebih
berhak dengan harta itu ; dan hadis ini dishahihkan oleh alhakim dan
didha’ifkan oleh abu dawud dan beliau mendha’ifkan juga tambahan ini dalam
penyebutan kematian.
==[*]- karena dalam sanadnya ada abu mu’tamir, berkata abu dawud : siapa
dia (abu mu’tamir) itu ? maksudnya dia tidak dikenal, akan tetapi berkata abu
hatim : ibnu abi dzi’bi muhammad bin abdurrahman bin almughirah telah
meriwayatkan darinya (abu mu’tamir bin amr bin abi rafi’) dan dia (abu
mu’tamir) terpercaya orang yang utama orang yang alim dan berkata asy syafi’i :
riwayat amr bin khaladah lebih utama daripada riwayat abi bakr bin abdirrahman
yang mursal.
DERAJAT HADIS :
Kedududukan hadis nomer 885 adalah hadis shahih, 886 adalah hadis shahih
lighairihi dan 887 adalah hadis mursal ; dan tiga hadis ini semuanya adalah
hadis shahih lighairihi.
MAKNA LAFADZ HADIS :
Lafadz bi’ainihi maknanya adalah masih utuh belum mengalami perubahan
sifat.
FAEDAH HADIS :
Sesungguhnya orang yang mendapatkan hartanya pada orang yang telah bangkrut
maka dia berhak untuk mencabut hartanya dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh para ulama, syarat-syaratnya adalah :
Pertama : Barang tersebut ada pada orang yang bangkrut dan orang yang
bangkrut itu tidak menunaikan hutang-hutangnya.
Kedua : Agar supaya barang seperti keadaannya dan belum berubah
sifat-sifatnya dengan perubahan yang menghilangkan nama-namanya dan belum rusak
barang itu sama sekali, seperti contoh : menjadikan kayu dengan pintu maka ini
tidak boleh diambil.
Ketiga : Harga barang itu belum diambil dari pembeli maka jika penjual
telah mengambil harganya dari pembeli semua atau sebagiannya maka tidak ada hak
untuk mengambil barang tersebut.
Keempat : Agar supaya barang itu tidak terkait dengan satu hak seperti hak
gadai, barang itu belum diwakafkan atau belum dihibahkan selama tidak
menggunakan barang itu sebagai illah atau tipu daya supaya penjual tidak
mencabut barang itu maka itu haram dan tidak menghalangi penjual untuk mencabut
barang itu.
[888]- وعن عمرو
بن الشريد عن أبيه رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لي
الواجد يحل عرضه وعقوبته [*] ؛ رواه أبو داود والنسائي وعلقه البخاري وصححه ابن
حبان.
==[*]-
أي مطل الغني ظلم كما سيجيء في باب الحوالة والضمان عن أبي هريرة رقم [898].
dan dari ‘amr bin asy syarid dari ayahnya semoga Allah meridhainya, beliau
berkata : bersabda rasulullah shallallahu alaihi wa sallam : orang yang mampu
membayar hutang kemudian dia menunda-nunda pembayaran hutang menghalalkan
kehormatan orang yang berhutang untuk diadukan dan menghalalkan sangsi bagi dia
untuk dijual dan dibayar hutangnya ; hadis ini diriwayatkan oleh abu dawud dan
annasa;i dan imam bukhari meriwayatkan hadis ini secara mu’allaq dan hadis ini
dishahihkan oleh ibnu hibban.
DERAJAT HADIS :
Kedudukan hadis ini adalah hadis hasan.
MAKNA LAFADZ HADIS :
Layyu maknanya adalah menunda-nunda pembayaran utang tanpa udzur ; alwajid
maknanya adalah orang yang kaya yang mampu untuk membayar hutang ; yuhillu
‘irdhahu maknanya adalah halal untuk diadukan ; ‘irdhahu maknanya pengaduannya
; wa ‘uqubatahu maknanya adalah menahan hartanya sampai hakim menjual hartanya
dan membayar hutang-hutangnya.
FAEDAH HADIS :
Pertama : Orang yang mampu untuk membayar hutang kemudian dia menunda-nunda
pembayarannya maka dia telah mendholimi kepada orang yang memiliki hak.
Kedua : Bahwa penundaan pembayaran hutang dari orang yang mampu untuk
membayar membolehkan dan menghalalkan kehormatan bagi pemilik hak orang yang
menghutangi dengan mengatakan : dia telah mendholimi saya dan telah menahan hak
saya dan yang semisal dari itu berupa pengaduan-pengaduan ; hukum asal tidak
boleh mengadukan kejelekan orang lain sebagaimana hal itu menghalalkan sangsi
bagi dia dengan menahan hartanya sampai dia menunaikan hak yang wajib bagi dia.
Ketiga : Hadis ini sebagai dalil haramnya orang yang mampu untuk membayar
hutang menunda-nunda pembayaran kepada pemilik hak atau orang yang berpiutang.
Keempat : Para ulama sepakat bahwa setiap orang yang meninggalkan hak yang
wajib dia tunaikan maka sesungguhnya dia berhak untuk mendapatkan sangsi atau
hukuman sampai dia menunaikan hak yang wajib dia tunaikan, Apakah berbentuk
hutang, pinjaman, harta yang digunakan untuk usaha bersama.
Kelima : Yang difahami dari hadis ini penundaan pembayaran hutang dari
orang yang tidak mampu atau orang yang kesulitan, tidak menghalalkan kehormatan
atau sangsi bagi dia.
[889]- وعن أبي
سعيد الخدري رضي الله عنه قال : أصيب رجل في عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فى
ثمار ابتاعها فكثر دينه فأفلس فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : تصدقوا عليه ؛
فتصدق الناس عليه ولم يبلغ ذلك وفاء دينه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم
لغرمائه : خذوا ما وجدتم وليس لكم إلا ذلك ؛ رواه مسلم.
Dan dari abu sa’id alkhudri semoga Allah meridhainya, beliau berkata :
seorang terkena musibah dizaman rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada
buah-buahan yang telah dia beli maka menjadi banyak hutangnya maka dia menjadi
bangkrut maka bersabda rasulullah shallallahu alaihi wa sallam : bershodaqahlah
kalian kepada orang itu ; maka manusia bershodaqah kepadanya dan hal itu belum
mencapai pelunasan hutangnya maka bersabda rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam kepada orang-orang yang menghutangi orang tersebut : ambillah apa yang
kalian dapati dan tidaklah bagi kalian kecuali itu ; hadis ini diriwayatkan
oleh imam muslim.
MAKNA LAFADZ HADIS :
Ushibu maknanya adalah musibah yang menimpa ; ibta’aha maknanya adalah yang
telah ia beli.
FAEDAH HADIS :
Pertama : Hadis ini menunjukan tentang bolehnya menjual buah-buahan yang
masih ada di pohon dengan syarat sudah bisa dipanen, sudah nampak kebaiknya dan
telah hamanya.
Kedua : Seyogyanya bagi orang yang memiliki kedudukan dan jabatan yang
ditaati supaya memberikan syafa’at dan bantuan kepada orang yang terkena
musibah, yaitu menganjurkan manusia agar supaya bershodaqah kepada dia.
Ketiga : Bersegeranya para sahabat semoga Allah meridhai mereka untuk
melaksanakan perintah nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Keempat : Hadis ini menunjukan tentang boleh memberikan zakat kepada orang
yang bangkrut untuk membayar hutangnya.
Kelima : Bahwasannya tidak ada hak bagi orang-orang yang berpiutang kepada
orang yang bangkrut selebihnya dari harta yang ada pada orang yang bangkrut ;
kebangkrutan itu tidak menggugurkan hutang kecuali digugurnya oleh orang yang
menghutangi ; bila orang yang berhutang membayar hutang tapi belum bisa
melunasi hutangnya maka tidak boleh dituntut atau dipenjarakan tapi suruh
ditunggu sampai mendapat kemudahan membayar hutang.
[890]-
وعن ابن كعب بن مالك عن أبيه رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم حجر
على معاذ ماله وباعه فى دين كان عليه [*] ؛ رواه الدارقني وصححه الحاكم وأخرجه أبو
داود مرسلا ورجح إرساله.
==[*]- ابن كعب اسمه عبد الرحمن و قد كان ذلك فى سنة تسع
وقد أصاب غرماؤه خمسة أسباع حقوقهم ثم بعثه النبي صلى الله عليه وسلم بعد ذلك إلى
اليمن.
Dan dari ibnu ka’b bin malik dari bapaknya semoga Allah meridhai keduanya
bahwa rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menahan hartanya mu’adz dan nabi
shallallahu alaihi wa sallam menjual untuk membayar hutang yang menjadi
tanggungan mu’adz ; hadis ini diriwayatkan oleh addaraquthni dan dishahihkan
oleh alhakim dan dikeluarkan oleh abu dawud secara mursal dan abu dawud
merajihkan mursalnya hadis ini.
==[*]- ibnu ka’b namanya abdurrahman dan hal itu terjadi pada tahun
kesembilan dan sungguh orang-orang yang memberi hutang kepada mu’adz mendapat 5
arba’ [5/7 harta] yang menjadi hak-hak mereka kemudian nabi shallallahu alaihi
wa sallam mengutus setelah itu ke negeri yaman.
MAKNA LAFADZ HADIS :
Hajara maknanya adalah menahan dan menyempitkan, menurut makna syari’at
adalah menahan manusia dari membelanjakan hartanya.
FAEDAH HADIS :
Pertama : Tidak sah ada penahanan kecuali dari hakim karena sesungguhnya
penahanan atau penyitaan harta itu membutuhkan ijtihad dalam hukum.
Kedua : Tidak boleh menyita atau menahan harta orang yang berhutang
sehingga hutang-hutangnya menjadi lebih banyak daripada hartanya.
Ketiga : Wajib bagi hakim untuk menjual harta orang yang bangkrut dan
membagikan hasil penjualannya pada orang-orang yang menghutangi sebatas
hutangnya.
Keempat : Orang yang bangkrut sebelum penahanan harta dari hakim boleh
membelanjakan harta karena dia karena dia orang yang berakal tapi haram bagi
dia membelanjakan dengan memberikan hartanya kepada orang yang memberi hutang
kepadanya ; para ulama dalam hal ini terjadi ikhtilaf, ibnul qayyim berpendapat
: sebelum terjadi penahanan harta maka haram baginya membelanjakan harta bila
sekiranya hartanya akan habis bila ditahan hartanya, sama saja hakim menahan
hartanya atau tidak.
Kelima : Penahanan harta bagi orang yang bangkrut tidak membebaskan bagi
orang yang bangkrut kecuali melunasi hutang-hutangnya karena hukumnya dia masih
memiliki sisa sebagian hutangnya dengan hukumnya daripada hakim.
Keenam : Boleh memberikan zakat kepada orang yang bangkrut untuk melunasi
hutangnya ; Ahli fiqh hambali berpendapat : orang yang berhutang untuk
kepentingan pribadi barang mubah atau haram kemudian ia bertaubat dalam keadaan
faqir maka boleh diberikan zakat, demikian juga kalau hutangnya karena Allah
ta’ala.
Ketujuh : Apabila hakim atau puasa telah membagikan hartanya orang yang
bangkrut pada orang yang berpiutang, terputuslah tuntutan kepadanya maka tidak
boleh untuk menuntut dan menahannya bahkan supaya dibebaskan dan diberi tempo
waktu untuk bisa mendapat harta, yang kemudian orang-orang yang berpiutang
mengambil hartanya lagi maka kebangkrutan tidak menggugurkan hak-haknya orang
yang berpiutang.
[891]-
وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال : عرضت على النبي صلى الله عليه وسلم يوم أحد وأنا
ابن أربع عشرة سنة – فلم يجزني وعرضت عليه يوم الخندق وأنا ابن خمس عشرة سنة
فأجازني ؛ متفق عليه ؛ وفى رواية للبيهقي : فلم يجزني ولم يرني بلغت ؛ وصححه ابن
خزيمة.
Dan dari ibnu umar semoga Allah meridhai keduanya, beliau berkata : Saya
dihadapkan kepada nabi shallallahu alaihi wa sallam pada perang uhud dan saya
pada waktu itu berumur 14 tahun maka nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak
mengijinkan saya dan saya dihadapkan kepada nabi shallallahu alaihi wa sallam
pada perang khandaq dan saya pada waktu itu berumur 15 tahun maka nabi
shallallahu alaihi wa sallam mengijinkan saya ; hadis riwayat bukhari muslim ;
dan pada satu riwayat bagi albaihaqi : maka nabi shallallahu alaihi wa sallam
tidak mengijinkan kepada saya dan beliau berpandangan (menganggap) saya bahwa
saya belum dewasa ; dan hadis ini dishahihkan oleh ibnu khuzaimah.
FAEDAH HADIS :
Pertama : Hadis ini adalah dasar untuk menjelaskan hukum-hukum orang yang
dihajr (orang yang dilarang membelanjakan harta) karena hak dirinya sendiri,
dari kalangan anak kecil, anak ediot dan orang gila.
Kedua : Pelarangan membelanjakan harta bagi manusia karena hak orang lain
seperti hajr : pelarangan menggunakan atau membelanjakan harta karena orang
yang bangkrut.
Ketiga : Orang yang dilarang membelanjakan harta karena masih kecil hartanya
tidak diberikan kepada dia dan tidak boleh dia membelanjakan harta kecuali
setelah baligh dan berakal (sudah bisa mengatur harta bendanya) ; baligh itu
diketahui dengan tanda-tandanya, diantara sebagian tanda baligh adalah usianya
mencapai 15 tahun.
[892]-
وعن عطية القرظي رضي الله تعالى عنه قال : عرضنا على النبي صلى الله عليه وسلم يوم
قريظة فكان من أنبت قتل ومن لم ينبت خلى سبيله فكنت ممن لم ينبت فخلى سبيلي [*] ؛
رواه الأربعة وصححه ابن حبان والحاكم وقال : على شرط الشيخين.
==[*]-
كان يهود بني قريظة أشد الناس عداوة للنبي صلى الله عليه وسلم عاهدهم حين قدم
المدينة فنقضوا العهد يوم الخندق فى شوال سنة خمس ومالأوا الأحزاب فلما انتصر صلى
الله عليه وسلم على الأحزاب رجع إلى بيته وبينما هو يخلع سلاحه جاءه جبريل وقال له
: الحقني فىي بني قريظة فحاصرهم ثم نزلوا على حكم سعد بن معاذ فحكم أن يقتل الرجال
وتسبي النساء والذرية فكان يعرف البلوغ بإنبات العانة.
Dan dari ‘athiyyah alquradhi semoga Allah ta’ala meridhainya, beliau
berkata : kami dihadapkan kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
peristiwa quraidhah maka barangsiapa yang telah tumbuh rambut kemaluannya
dibunuh dan barangsiapa yang belum tumbuh rambut kemaluannya, dia dibebaskan
maka saya termasuk orang yang belum tumbuh rambut kemaluannya maka saya
dibebaskan ; hadis ini diriwayatkan oleh imam yang empat dan hadis ini
dishahihkan oleh ibnul hibban dan alhakim dan berkata alhakim : hadis ini
berdasarkan persyaratan bukhari muslim.
==[*]- adalah yahudi bani quraidhah adalah manusia yang paling sengit
permusuhannya kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengadakan
perjanjian dengan mereka ketika beliau datang ke madinah maka mereka melanggar
perjanjian pada perang khandaq pada bulan syawwal tahun 5 hijriyah dan mereka
bergabung gabungan beberapa pasukan (kelompok-kelompok sekutu-sekutu tadi) maka
ketika nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat pertolongan atas pasukan
sekutu-sekutu tadi, beliau pulang ke rumahnya dan ketika nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melepas senjatanya, jibril datang kepadanya dan berkata
kepadanya : ikuti saya ke bani quraidhah maka jibril mengepung mereka kemudian
mereka dikepung atas usulan (hukumnya) sa’d bin mu’adz maka beliau menghukum
laki-laki dewasa, dan wanita dan anak-anak ditawan maka dia itu diketahui
dewasanya mereka dengan tumbuhnya bulu kemaluan.
Hadis ini mengandung faedah tentang batas umur anak itu sudah baligh atau
dewasa atau belum, perang uhud terjadi tahun ke-3 hijriyah dan perang khandaq
adalah perang dimana dibuatnya parit yang dalam dan panjang untuk menghalau
musuh.
FAEDAH HADIS :
Pertama : Dua hadis ini menjelaskan hukum-hukum orang yang ditahan hartanya
karena bagian dirinya bagi anak kecil, orang ediot dan orang gila.
Kedua : Orang yang ditahan hartanya karena masih kecil, hartanya tidak
diberikan dan tidak boleh ia membelanjakan hartanya kecuali setelah dia baligh
dan berakal maka untuk membiayai hidupnya diambil hartanya secukupnya.
Ketiga : Baligh itu terjadi dengan salah satu dari beberapa perkara dan
penahanan harta itu diserahkan diantara tanda-tanda baligh : [1]- Baligh yang
sempurna umur 15 tahun, laki-laki maupun perempuan. [2]- Dengan tumbuhnya bulu
atau rambut kemaluan, hal itu diambil dari ucapan ‘athiyyah sebagai ukuran
baligh. [3]- Keluar air mani, laki-laki maupun perempuan tapi bagi laki-laki
lebih dominan. [4]- Haid sebagai tanda baligh yang khusus bagi wanita dan ini
tidak terjadi bagi laki-laki. [5]- Hamil.
Keempat : Untuk menyerahkan harta yang ditahan kepada anak disamping ada
tanda-tanda baligh, juga harus berakal yaitu memiliki kesempurnaan akal
walaupun anak itu sudah baligh tetapi belum sempurna akalnya seperti ediot maka
dia belum lepas dari penahanan harta bila harta diserahkan akan menyia-nyiakan
harta.
[893]-
وعن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم
قال : لا يجوز لإمرأة عطية إلا بإذن زوجها ؛ وفى لفظ : لا يجوز للمرأة أمر فى
مالها إذا ملك زوجها عصمتها ؛ رواه أحمد وأصحاب السنن إلا الترمذي وصححه الحاكم.
Dan dari amr bin syu’aib dari bapaknya dari kakeknya semoga Allah meridhai
keduanya bahwa rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda : tidak
boleh bagi seorang istri memberikan harta kecuali dengan ijin suaminya ; dan
pada suatu lafadz : tidak halal bagi wanita mengurus pada hartanya apabila
suaminya memiliki penjagaan harta tersebut ; hadis ini diriwayatkan oleh ahmad
dan pemilik kitab sunan kecuali attirmidzi dan hadis ini dishahihkan oleh
alhakim.
DERAJAT HADIS :
Kedudukan hadis ini adalah hadis hasan.
MAKNA LAFADZ HADIS :
Lafadz idza malaka zaujuha ‘ishmataha ada dua penafsiran, yaitu [1]-
Maknanya ini khusus bagi istri yang tidak berakal sempurna untuk mengarahkan
hartanya seperti ediot. [2]- Baiknya pergaulan istri dan jiwa istri sehingga
dia meruju’ atau membicarakan dengan suami bila menshodaqahkan hartanya tanpa
ijin suami karena dia kikir maka ini boleh.
FAEDAH HADIS :
Pertama : Suami atau laki-laki adalah sebagai kepala atau rumah tangga
karena keutamaan yang Allah berikan seperti kelapangan berpikir dan jauh
pandangannya dan mengetahui akibat-akibat, suami yang berkewajiban untuk
mencarikan nafkah dan bekerja keras untuk keluarganya.
Kedua : Kedudukan wanita dirumah adalah yang mengatur urusan rumah sesuai
dengan pengetahuan dan pengalamannya dan diantara tugas wanita adalah yang
mengatur harta suami dihadapannya.
Ketiga : Tidak boleh bagi wanita untuk memberikan sesuatu atau bershodaqah
dengan harta suaminya kecuali dengan ijin suaminya karena istri yang memiliki
hak tersebut maka jika suami telah mengijinkan atau mengetahui keridhoan suami
maka istri boleh menshodaqahkan sesuai adat yang berlaku seperti roti, makanan,
minuman dengan syarat tidak memudharatkan.
Keempat : Wanita yang sudah baligh dan berakal boleh menshodaqahkan harta
miliknya sendiri tanpa ijin suami.
[894]-
وعن قبيصة بن مخارق رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن
المسألة لا تحل إلا لأحد ثلاثة : رجل تحمل حمالة فحلت له المسألة حتى يصيبها ثم
يمسك ؛ ورجل أصابته جائحة احتاحت ماله فحلت له المسألة حتى يصيب قواما من عيش ؛
ورجل أصابته فاقة حتى يقول ثلاثة من ذوي الحجى من قومه : لقد أصاصت فلانا فاقة
فحلت له المسألة ؛ رواه مسلم.
Dan dari qabishah bin mukhariq semoga Allah meridhainya, dia berkata :
rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : sesungguhnya meminta-minta
itu tidah halal kecuali untuk salah satu dari tiga orang : seorang yang dia
menanggung hutang orang lain maka halal bagi dia untuk meminta-minta sampai dia
melunasinya kemudian dia berhenti dari meminta ; dan seorang yang tertimpa
musibah yang menghabiskan hartanya maka halal bagi dia meminta sampai dia
mendapat penopang dari penghidupan ; dan seorang yang tertimpa kefaqiran
sehingga tiga orang dari kaumnya yang berakal mengatakan : sungguh kefaqiran
telah menimpa sifulan maka halal bagi dia meminta ; hadis ini diriwayatkan oleh
imam muslim.
3 (tiga) orang yang halal baginya untuk meminta-minta : [1]- Orang yang
mendamaikan dua kabilah atau keluarga kemudian dia harus mengeluarkan harta dan
biaya yang banyak sehingga dia memiliki banyak hutang tapi batasannya sampai
hutangnya lunas. [2]- Orang yang hartanya terkena bencana alam yang
membinasakan hartanya seperti angin kencang, kebakaran, bencana yang
membinasakan panenan atau terkena hama, yang bencana ini bukan buatan manusia,
seperti dirampok maka dia boleh meminta-minta sampai dia mempunyai sandaran
kehidupan, tidak boleh mengambil lebih dari kebutuhannya. [3]- Orang yang
tadinya kaya kemudian dia tertimpa kefakiran yang dahsyat maka boleh meminta
tetapi ketentuannya atau syaratnya ada 3 orang yang berakal yang mengenal
keadaannya yang bersaksi maka mereka orang tiga tersebut halal meminta dan
boleh diberikan zakat.
FAEDAH HADIS :
Pertama : Haramnya meminta-minta harta manusia tanpa keperluan, yang
memakannya adalah haram.
Kedua : Bolehnya meminta-minta untuk satu keperluan, diantaranya tiga orang
yang disebutkan dalam hadis ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar