Kajian Syarhul
Hikam, Karya Abdullah bin Hijazi (Syarqawi) semoga Allah merahmatinya ; Tema
Kajian : keinginan merubah taqdir Allah dan mengganti
pekerjaan yang sedang dia jalani karena menganggap sedikit hasilnya dan
mengejar perubahan dalam hidup kecuali dia dipaksa oleh Allah mengganti
pekerjaannya tersebut.
|
@ngajisyarhulhikamibnuathaillah/S=0028/klik.
|
كتاب شرح الحكم. = Kitab Syarhul Hikam.
|
Kajian tentang
keinginan merubah taqdir Allah dan mengganti pekerjaan yang sedang dia jalani
karena menganggap sedikit hasilnya dan mengejar perubahan dalam hidup kecuali
dia dipaksa oleh Allah mengganti pekerjaannya tersebut Sesi 2 adalah Sebagai Berikut :
|
Penjelasan bahwa barangsiapa yang ingin merubah apa
yang dikehendaki oleh Allah, itu berarti dia tidak meninggalkan sedikitpun
dari kebodohan.
|
وكذا إن كان فى حال قبض
وأراد الإنتقال عنه إلى البسط ، قال بعضهم لي منذ أربعين سنة ما أقامني الله فى
حال فكرهته ولا نقلني إلى غيره فسخطته وهذا من نتائج العلم بالله ومعرفة ربوبيته
فإن سخط تلك الحال وتشوف إلى الإنتقال عنها بنفسه وأراد أن يحدث غير ما أظهره
الله تعالى فقد بلغ غاية الجهل بربه واسادة الأدب فى حضرته وهذا من معارضة حكم
الوقت الذي تشير اليه الصوفية وهو عندهم من أعظم ذنوب الخاصة.
|
dan demikian itu jika dia didalam keadaan terdesak dan
mengharapkan pindah darinya kepada kelapangan, berkata sebagian mereka :
‘bagiku semenjak 40 tahun tidak pernah aku menempatkan diriku dalam satu
keadaan lalu aku membencinya dan tidak memindah diriku kepada keadaan yang
lain maka aku murka padanya’, dan ucapan sebagian mereka ini termasuk dari
buah-buahnya ilmu kepada Allah dan mengenal sifat rububiyahnya Allah maka
jika murid marah pada satu keadaan dan ingin untuk berpindah darinya dengan
dirinya sendiri dan ingin untuk melakukan hal yang baru selain apa yang Allah
perlihatkan maka sungguh dia sampai dipuncaknya kebodohan dengan Tuhannya dan
jeleknya etika dihadirat Tuhannya dan ini termasuk dari melawan keputusan
hukum waktu yang diisyaratkan oleh ahli tasawuf kepadanya dan menentang hukum
waktu disisi mereka termasuk dari sebesar-besar dosanya orang yang khusus.
|
Kajian tentang
akibat menunda-nunda beramal karena sibuk dengan dunia sampai dia berada
diwaktu kosong dan santai adalah Sebagai Berikut :
|
Penjelasan bahwa termasuk katagori kebodohan jiwa itu
adalah menunda-nunda dalam beramal sampai batas waktu kosong dari kesibukan
dunia.
|
[إحالتك الأعمال على وجود الفراغ من رعونات النفس]
فإذا كان المريد مشتغلا بحال من أحوال دنياه وكان ذلك يمنعه من الأعمال التى
يتوصل بها الى حضرة مولاه وأحال ذلك على فراغه من تلك الأشغال ، فقال : إذا
تفرغت عملت ، كان ذلك دليلا على رعونة نفسه والرعونة ضرب من الحماقة وذلك
لتسويفه العمل إلى فراغ أوانه وقد لا يجد مهلة بل يختطفه الموت قبل ذلك أو يزداد
شغله لأن أشغال الدنيا يتداعى بعضها إلى بعض ولو فرض أنه تفرغ منها فقد يتبدل
عزمه وتضعف نيته فالواجب عليه النهوض إلى ما يوصله إلى مولاه قبل الفوات ولذا
قيل الوقت كالسيف ان لم تقطعه قطعك.
|
[menunda-nundanya kamu dalam beramal sampai kamu berada
diwaktu kosong dari kesibukan dunia itu termasuk dari kebodohan jiwanya] maka
apabila seorang murid tersibukan dengan satu keadaan dari keadaan-keadaan
dunianya dan hal itu menghalanginya dari beramal yang dia jadikan
amalan-amalan tersebut untuk bertawassul ke hadirat Tuhannya dan
menunda-nunda untuk melakukan amalan itu sampai dia selesai dari
kesibukan-kesibukan tersebut lalu dia berkata : ‘Apabila aku telah selesai,
aku beramal’, itu sebagai dalil atas kebodohan dirinya dan kebodohan itu
adalah satu jenis dari kebodohan.
|
Dan kebodohan jiwanya itu karena dia suka menunda-nunda
untuk beramal sampai selesai masanya dan sungguh dia tidak mendapatkan tempo
bahkan dia disambar oleh kematian sebelum itu atau menambah kesibukannya
karena kesibukan dunia sebagiannya menghantarkan kepada sebagian yang lain
dan seandainya diperkirakan bahwa dia kosong dari kesibukan dunianya itu maka
sungguh keinginan murid itu berubah dan niatnya itu lemah maka wajib atasnya
bersegera untuk melakukan sesuatu yang bisa membawanya kepada Tuhannya
sebelum terluputkan dan karena itu dikatakan : ‘waktu itu seperti pedang jika
kamu tidak mematahkan pedang maka pedang itulah yang memenggal lehermu’.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar